Trending

Ketika Cerita Mampu Membangun Sebuah Bangsa - Jurnal Jalanan

Ketika Leonidas sudah lelah bertempur yg tiada habisnya. Meskipun dia dg 300 pasukannya, selama ini mampu membendung tentara Persia yg berusaha masuk ke Yunani  dari pantai tempat kapal mereka bisa berlabuh. Leonidas dg 300 pasukannya yg setia mampu membendung terjangan ombak pasukan Persia yg berjumlah 10ribu orang di celah yg sempit, sehingga berapa besarpun jumlah pasukan Persia tidaklah terlalu berarti. Selama ini, bila pasukan Leonidas kelelahan, mereka bisa bergiliran kebelakang dan beristirahat sejenak. Sementara pasukan depan Persia akan selalu terhimpit oleh teman temannya sendiri dari belakang.  Dorongan pasukannya Persia dari belakang justru menyebabkan terbatasnya gerak pasukan yg didepan dan dg mudah dibantai oleh pasukan Leonidas yg berada dihadapan mereka. 


Tapi kini, entah mengapa, pasukan Persia bisa masuk ke belakang dan menyerangnya juga dari belakang. Leonidas tahu, ini mungkin akibat perbuatan si bongkok yg ditolaknya menjadi pasukan Leonidas. Leonidas menolak si bongkok masuk jadi pasukannya bukan karena sombong, pasukannya selama ini terdiri dari orang orang yg tangguh yg satu sama lain sanggup berkorban dan melindungi sesama. Memasukkan si bongkok ke dalam pasukan akan merusakkan kekuatan dan membahayakan mereka semua. Dia merasa bahwa si bongkok hanya menginginkan pakaian pasukan perang dg semua atributnya. Pakaian yg bisa dia banggakan dan digunakan untuk mengintimidasi orang lain demi kepentingannya sendiri. Tetapi kesadaran Leonidas itu sudah terlambat.

Tidak ada lagi ruang yg bisa dimanfaatkan oleh pasukannya untuk bersitirahat sejenak mengembalikan tenaga sebelum bertempur kembali. Leonidas sudah terlalu lelah, tidak punya pilihan lain kecuali menyerah dan merangkak 50 depa di depan Xerxes. Xerxes adalah raja Persia yg dianggap sebagai anak Tuhan oleh bangsanya. Xerxes, meskipun marah, dia juga mengagumi Leonidas dan menginginkan Leonidas menjadi salah seorang jendralnya. Tetapi sebelum itu terjadi, Xerxes mengharuskan Leonidas untuk bersujud dihadapannya terlebih dahulu sebagai tanda penghambaan dan penyerahan total.


Leonidas menunduk, dan merangkak mendekat, dia rasakan topeng pelindung wajahnya menjadi berat, topeng itu mengganggu penglihatannya dan harus dilepaskan. Perisai yg telah digunakan selama peperangan juga terasa sangat berat dan itu juga harus dilepas. Baju zirah pelindung dadanya juga terasa sangat berat harus di lepas. Pedang yg tergantung dipinggangnya juga sudah tidak di perlukan lagi dan terasa berat dan harus dilepas. Topinya juga terasa berat, itu mengakibatkan dia sulit menggerakkan kepalanya agar bebas dan itu juga harus dilepaskan. Xerxes sangat bangga melihat musuhnya mulai merangkak dan menanggalkan semua atribut militernya. Xerxes senang sekali melihat Leonidas yg sulit dikalahkan dan berhasil menimbulkan kerugian yg besar di fihaknya, akhirnya berlutut dg setengah telanjang di hadapannya. 

Leonidas merasa tombaknya juga terlalu berat dan itupun juga harus diletakkan ketanah. Tetapi tombak itu tidak boleh jauh dari dirinya. Untuk tombak kecintaannya, dia punya keinginan sendiri dg tombak itu. 

Setelah badannya terasa lebih ringan dia melirik dimana Xerxes berada dan dg secepat kilat tangannya meraih tombak dan dg sisa sisa tenaga terkhirnya dia lemparkan tombak yg di cintainya dg sangat deras menuju badan Xerxes yg sedang menikmati kemenangannya.

Hujan anak panah yg menghunjam tubuh Leonidas kemudian sudah tidak lagi berarti, dia rela menyiramkan darahnya bagi tanah  tumpah darah yg dicintainya. Tubuhnya tersungkur ketanah dg rasa puas akan pengabdiannya bagi bangsanya sampai saat terakhir. Dia teringat akan nyanyian pujaan akan pahlawan bangsa yg diajarkan oleh ayahnya dan selalu dinyanyikan ketika anak-anak mengiringi tumbangnya badan seorang pahlawan bangsa dg indahnya. Sebuah pengorbanan yg sangat berarti bagi seluruh bangsanya. 

Meskipun Xerxes selamat dari hunjaman tombak, tetapi ujung tombak Leonidas telah berhasil membuka luka menganga pada dirinya dan tersemburlah darah merah dari badannya. Semua orang terperanjat, ternyata anak Tuhan hanyalah manusia biasa yg bisa luka dan mengeluarkan darah yg merah. Darah yag sama dg yg mereka miliki. .

Selama ini pasukan Persia dg gagah berani bertempur dg anggapan bahwa mereka berperang untuk membela dan melindungi anak Tuhan. Sementara bangsa Yunani tidak berkutik karena semua dukun dukun penasehat para raja tidak berani melawan Xerxes sang titisan Dewa. Apalagi mereka selalu menerima hadiah berkeping keping emas dari Xerxes untuk terus memuji mujinya..

Dg tercecernya darah Xerxes, maka timbul keraguan dikalangan tentaranya sendiri dan disaat yg sama juga membangkitkan semangat pasukan Yunani. Dg mudah pasukan Yunani di kumpulkan dan tercapailah pengumpulan jumlah 100ribu orang dg perbekalan dan perlengkapan yg melimpah. Tamatlah kisah jajahan Persia terhadap Yunani sejak saat itu.

Itulah kekuatan sebuah Cerita yg bisa menggerakkan atau menghancurkan suatu bangsa.

Waktu seorang samurai akan di serang daerahnya oleh kelompk lain yg lebih besar, si samurai pergi ke kuil dan berdiam di kuil salama beberapa saat. Malamnya dia dg sangat gembira turun kembali menjumpai pasukannya. Disana dia bertingkah seolah olah kesurupan dan sambil bernyanyi nyanyi gembira dalam keadaan kesurupan (trance) dia mengatakan kepada pasukannya bahwa para Dewa sudah menjanjikan kemenangan yg mudah atas lawannya yg akan segera masuk menyerang. Ketika benar lawannya membawa pasukannya yg lebih besar, pasukan si samurai ini dg sangat gagah berabni dan bersemangat menyerang balik pasukan yg menyerang. Sebuah reaksi yg sama sekali tidak di sangka-sangka oleh si penyerang sehingga mereka menganggap bahwa mereka telah masuk perangkap informasi yg salah dari para mata-matanya. Ketika musuh telah di kalahkan dan pimpinannya sudah di bunuh dan sebagian besar tentara lawan jadi tawanan, seorang sahabat si samurai dg diamdiam dan lirih bertanya apakah dia telah berbicara kepada para Dewa di kuil? Dg senyuman si samurai mengatakan bahwa dia tidak pernah berbicar adg para Dewa, dia hanya berbicara dg fikirannya sendiri. Dia tidak punya pilihan lagi kecuali menikmati saat saat terakhirnya, karena kalau dikalah, kemanapun dia pergi, dia akan di buru seperti anjing dan akhirnya akan di bunuh juga.

Lagi-lagi, itulah kekuasan sebuah Cerita!


Ketika pasukan Romawi menyerbu Gaul (sekarang Jerman), pasukan tentara Gaul (orang Jerman Kuno) meskipuin berbadan besar-besar, tetapi mereka hanyalah petani dan bukan pasukan yg bisa bertempur dg displin yg tinggi. Orang perorang mungkin bisa sangat kuat, tetapi dalam pertempuran yg terrencana dg baik, mereka bukan apa-apanya di bandingkan dg pasukan Rumawi. Pasukan Rumawi sangat terlatih untuk berperang dalam formasi yg saling melindungi dg perlengkapan perisai yg terkoordinasi dg baik. Itu semua masih di tambah dg tersedianya kereta perang dg perisai yg lengkap dan dikendarai oleh para perwira. 


Sang Jendral Gaul menyebarkan kisah bahwa dia telah berbicara dg para Dewa di hutan dan mereka telah memberikan janji kepadanya bahwa Para Dewa akan membantu pasukan Gaul membantai semua pasukan Romawi yg lebih kuat. Syaratnya satu, ketika terjadi pertempuran, pasukan Gaul harus mundur kedalam hutan secara perlahan agar pasukan Rumawi mengejar dan mengikutinya. Disitulah Para Dewa akan bertindak dan menghabisi pasukan Rumawi. 


Benarlah ketika kedua tentara berhadapan dan pertempuran mulai berlangsung, pasukan Gaul mundur kedalam hutan. Mundurnya pasukan Gaul dianggap sebagai pelarian orang orang yg takut dan terus di kejar oleh pasukan Rumawi. Tetapi pasukan Rumawi melupakan bahwa mereka unggul karena perlengkapan mereka yg sangat unggul untuk perang di daerah yg terbuka. Di hutan dg semak semak setinggi paha dan pohon yg cukup lebat, semua peralatan perangnya justru menjadi beban. Pembentukan formasi yg menjadi andalan dalam perang terbuka sama sekali tidak berfungsi dan tidak bisa di lakukan. Perisai yg berat topi helm yg berat hanya menjadi beban dalam pertempuran di kerapatan semak belukar. Kereta kuda yg gagah sama sekali tidak bisa di fungsikan. Bahkan justru berbalik menjadi sasaran yg empuk bagi para petani Gaul yg besar besar dan terbiasa hidup dan masuk kedalam hutan. Habis lah pasukan Rumawi di bantai dg sangat mudah oleh pasukan Gaul yg terlihat tidak terlatih, tanpa seragam, tanpa perisai.

Lagi-lagi Cerita merubah sejarah!  


Bangsa Yahudi telah mengajarkan anak anak mereka bernyanyi bersama, dimana satu orang menyanyikan dia ingin memiliki sebidang tanah, temannya akan menjawab bahwa dia akan menanam pohon ditanah itu, yg lain lagi menimpali akan membangun rumah di tanah itu, dan yg satu lagi akan menimpali dia akan membuat tiang bendera dan mengibarkan bendera di tanah itu. Selanjutnya mereka bersama sama bernnyanyi bahwa mereka akan memiliki tanah sendiri, disana mereka akan menanam pohon, membangun rumah dan mengibarkan bendera ditanah itu. Selanjutnya jadilah Negara Israel.


Itu lagi kekuatan sebuah cerita yg berhasil membangun bangsa!


Waktu para pendiri bangsa menggerakkan hati dan jiwa para pahlawan bangsa, "CERITA" lah yg menjadi andalan mereka. Cerita tentang keinginan kita untuk membangun bangsa yg "bersatu, cerdas, adil dan makmur" yg mampu berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah setara dg bangsa bangsa maju yg lain. Tetapi sayang cerita cerita itu telah pudar. Para politisi lebih sibuk saling merampok dari membangun karakter bangsa.  

Sementara itu, para pengasong klhilafah terus menceritakan pahlawan pahlawan bangsa asing yg tidak ada kaitannya dg kita yg terus di bangga banggakan. Mungkin anak anak kita lebih fasih menyebutkan para pahlawan mereka daripada para pahlawan bangsanya sendiri.

 Dan andalan mereka "Membangun khilafah adalah maunya Tuhan lho!" 

Ajakan yg kalau tidak diikuti, kita akan ditakut takuti resiko di panggang dalam Neraka selama-lamanya. Tetapi kalau diikuti akan menuju Syurga dengan semua keindahannya. Tetapi mereka tidak menyebut bahwa syarat masuk Syurga ya harus mati dulu. 


Kenapa kita tidak membangun akhlak yg baik terhadap sesama anak bangsa dan mambangun Syurga yg indah di dunia ini? 

Kita telah memiliki segalanya. Tetapi yg tidak memadai adalah kita tidak terus membangun cerita. Kita tidak mengobarkan cita-cita berbangsa lagi. Semuanya kita nggap biasa saja sampai adaorang lain yg memanfaatkannya.


Kita sebagai bangsa telah lalai melakukan hal yg sangat mendasar, membangun cita-cita berbangsa. Apa keinginan kita bagi Indonesia yg Jaya di masa depan. Kita semua harus punya bayangan yg kuat dan mempu mewarnai segala sikap dan tidak tanduk kita. Kita telah mengabaikan membangin jiwa jiwa kepemimpinan dan kepahlawanan dalam diri anak-anak kita. Jangan sampai nanti kita dg mudah di kalahkan oleh bangsa yg memiliki jiwa yg lebih kuat, sementara kita jauh lebih mudah tercerai berai dan saling merampok dan memanfaatkan kelengahan sesamanya. Banyak persoalan bangsa bisa diatasi bila kita mampu membangun dan menanamkan idealisme dalam sanubari generasi muda kita. Jiwa-jiwa yg ingin melihat Indonesia makmur, benci kepada korupsi dan penyalah gunaan kekuasaan, benci dan selalu menghindari keinginan untuk menang sendiri meskipun hasilnya hanya kehancuran bersama. Para pejabat dan pemimpin bangsa ini harus meluangkan cukup waktu membangun hati dan semangat berbangsa selain melakukan pekerjaan pekerjaan rutinnya.


Disinilah kita ingin membesarkan dan mendidik anak-anak kita sebagai bangsa, disini kita ingin bekerja membangun kemakmuran bersama, disini kita akan menumpas musuh musuh bangsa, baik serangan dari luar maupun dari dalam sendiri berupa korupsi dan radikalisme yg terus merebak memecahkan persatuan bangsa. Dini juga kita ingin berlindung di hari tua dan di tanah dan ditengah tengah bangsa ini kita ingin melepaskan akhir massa hidup kita.

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post

Contact Form